Aku Titik, kamu Garis dan dia Kurva

 Aku Titik, kamu Garis dan dia Kurva



kamu memang Garis
yang tak pernah
aku pahami arahnya.


yang tak bisa aku mengerti
dari apa maksud
Garis-garis yang kamu buat.


semakin Garis berkumpul
menjadi Garis-garis,
seakan menambah artian
itu menjadi Teka dan Teki.


sambil lalu, aku teringat
dari awal bulan februari.


dimana yang biasanya
rasa Sepi berkumbul
menjadi tanda tanya
yang ditanyakan


dalam Sisi Ruang
yang sama

melihat Garis-garis di langit
yang kemudian terputus
menjadi Titik-titik air


Diorama dalam awal pagi,
bulan februari.


Walau Titik-titik itu
terpecah lagi menjadi
Titik yang lebih kecil.


Karena benturan
dari permukaan bumi
yang berbeda-beda.


Akan tetapi,
moment yang paling aku kagumi
ketika Garis-garis hujan terputus
oleh deru angin yang tak terbatas.


Terlihat Garis-garismu
itu menyudut membentuk arah
yang ingin kamu sampaikan.



Walau mulai aku bisa pahami 

tapi ..



Entah ..
aku tak tahu.


apakah bisa
menjadi Titik 
yang Pantas untukmu 


Entah,
apakah layak jika Titik
disandingkan oleh Garis




Aku hanya ingin berjalan denganmu
tanpa harus tahu
kemana tujuannya.

Jangan tanyakan kenapa,


Aku hanya yakin
kita akan baik-baik saja.


Maafkan hati yang labil
atas hubungan kita
yang rapuh ini.


Memang seharunya
tidak ada kata
KITA.


Karena "KITA" adalah
jalan menuju sia-sia.











(Note : beberapa bait poem ini ditulis di bulan februari tahun 2018 sewaktu melihat deru hujan pagi hari sembari di wifi corner wifi.id, bait bait poem kemudian terkumpul pada tahun 2019, lalu teracuhkan pada tahun 2020, hingga dirajut lagi dan dipuisikan tahun 2021 di acara "Puisi Kesorean - enamlima.space", sesungguhnya poem ini ada tiga sesi, sesi pertama membahas "Titik", kedua "Garis" dan Ketiga "Kurva". Tetapi catatan tulisannya sedang berpencar (hilang) dan sepertinya harus ditulis lagi. )








Share:

0 komentar